Anak Butuh Apresiasi atau Cari Validasi? Kenali Perbedaan dan Cara Menanganinya

3 weeks ago 25

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dalam mendampingi mereka secara emosional. Saat anak bertumbuh, mereka akan menunjukkan berbagai perilaku yang kadang terlihat seperti sedang cari perhatian. Misalnya, saat mereka menunjukkan hasil gambarnya, memamerkan kemampuan baru seperti naik sepeda, atau terus-menerus bertanya, “Aku pintar nggak?” atau “Aku hebat nggak?”

Walaupun terdengar sepele, sebenarnya momen-momen seperti ini bisa menunjukkan kebutuhan emosional yang penting, lho. Di sinilah peran orangtua dibutuhkan—untuk bisa membedakan, apakah anak sedang butuh apresiasi atas usaha yang sudah mereka lakukan, atau justru sedang mencari validasi agar merasa diterima dan dihargai. Walaupun sekilas terdengar mirip, apresiasi dan validasi sebenarnya punya perbedaan penting, baik dari maknanya maupun dari pengaruhnya terhadap tumbuh kembang emosi anak.

Lantas apa perbedaan anak yang butuh diapresiasi dengan mereka yang hanya mencari validasi? Melansir dari beberapa sumber termasuk kindcocoamama.com, berikut adalah perbedaan antara keduanya!

Apa Itu Apresiasi dan Validasi?

Apresiasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan atas usaha atau nilai positif dalam diri anak. Misalnya, “Ibu bangga kamu sudah berani mencoba sendiri,” atau “Wah, kamu sangat teliti dalam mengerjakan PR.”

Sementara itu, validasi dalam konteks negatif biasanya mengarah pada kebutuhan anak untuk terus-menerus mencari pengakuan dari orang lain agar merasa berharga. Contohnya, anak merasa sedih atau kecewa jika tidak mendapat pujian, bahkan untuk hal-hal kecil. Ini bisa menjadi tanda bahwa anak lebih mengejar validasi dari orang lain daripada membangun rasa percaya diri dari dalam.

Tanda Anak Benar-Benar Membutuhkan Apresiasi

Berbeda dengan pencari validasi, anak yang membutuhkan apresiasi biasanya menunjukkan hal-hal berikut:

  • Berusaha keras dan menunjukkan perubahan positif, tapi terlihat ragu apakah usahanya dihargai.
  • Menjadi lebih percaya diri setelah diberi support oleh orangtua maupun orang terdekat lainnya.
  • Cenderung mencari feedback dari orang lain untuk berkembang, bukan sekadar ingin dipuji.
  • Menunjukkan rasa ingin tahu dan inisiatif, tapi kadang mundur jika tidak ada dukungan emosional.
  • Mengalami penurunan semangat saat usahanya diabaikan terus-menerus.

Tanda Anak Hanya Mencari Validasi

Sebaliknya,berikut tanda-tanda anak cenderung mencari validasi:

  • Selalu bertanya, “Bagus nggak?” atau “Aku keren, kan?” setelah melakukan sesuatu.
  • Mudah kecewa jika tidak mendapat pujian atau perhatian.
  • Menghindari tantangan karena takut gagal dan tidak dipuji.
  • Membandingkan diri dengan orang lain secara terus-menerus.

Cara Memberikan Apresiasi yang Sehat

1. Fokus pada proses, bukan hasil: Alih-alih hanya memuji nilai bagus, sebaiknya kita hargai usaha anak. Contoh: “Ayah senang kamu terus berusaha meski soalnya sulit.

2. ”Gunakan pujian yang spesifik: Hindari pujian umum seperti “Kamu hebat,” dan ganti dengan yang lebih detail seperti, “Kamu pandai menyusun kata-kata di cerita ini.”

3. Dorong anak mengevaluasi dirinya sendiri: Tanyakan, “Menurutmu, apa yang paling kamu suka dari hasil kerjamu ini?” Ini membantu anak membangun penilaian dari dalam.

4. Tunjukkan kasih sayang tanpa syarat: Pastikan anak tahu bahwa ia disayangi bukan karena prestasinya, tetapi karena siapa dirinya.

5. Jangan selalu buru-buru memuji: Kadang anak hanya butuh didengar atau ditemani, bukan dipuji. Beri ruang untuk mereka mengekspresikan perasaan tanpa harus mendapat penilaian.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Parenting |