Anak Sering Membantah? Kenali Fase Ini dan Tips Bijak Menyikapinya

1 week ago 16

Fimela.com, Jakarta Dalam perjalanan tumbuh kembang seorang anak, tidak semua fase berjalan dengan mulus dan penuh tawa. Ada masa-masa tertentu yang membuat orang tua merasa diuji kesabarannya, terutama ketika si kecil mulai menunjukkan sikap yang cenderung menantang atau melawan. Mungkin Sahabat Fimela pernah mengalami situasi di mana anak tiba-tiba menjadi lebih sering membantah, menolak perintah, atau bahkan sengaja melakukan hal yang berlawanan dari apa yang diminta. Rasanya seperti menghadapi badai kecil dalam rumah sendiri.

Fase ini sering kali membingungkan dan melelahkan bagi orangtua. Apakah anak menjadi nakal? Apakah pola asuh selama ini salah? Pertanyaan-pertanyaan itu pun bermunculan, seiring dengan upaya untuk tetap tenang menghadapi perubahan sikap si kecil. Padahal, di balik perilaku tersebut, ada proses penting yang sedang berlangsung. Anak sedang belajar mengenali identitasnya, mencoba mengekspresikan keinginannya, dan mulai mengembangkan kemandirian.

Melansir occuplaytional.com, melalui artikel ini, Sahabat Fimela diajak untuk memahami bahwa fase "anak suka melawan" bukanlah sesuatu yang harus ditakuti atau dimusuhi. Sebaliknya, fase ini adalah bagian alami dari pertumbuhan yang bisa dihadapi dengan pendekatan yang lebih lembut dan penuh pengertian.

Apa Itu “Lawyer Phase” pada Anak?

Ada satu fase yang mungkin pernah dialami banyak orangtua, tetapi belum tentu dikenali secara jelas: saat anak mulai mempertanyakan segala hal, bernegosiasi tanpa henti, dan tampak selalu ingin menang dalam perdebatan kecil. Fase ini oleh sebagian ahli disebut sebagai “lawyer phase” atau fase pengacara kecil, karena anak tampak seolah sedang mengajukan argumen dalam ruang sidang dengan Sahabat Fimela sebagai hakimnya. Namun tenang, fase ini bukan tanda anak menjadi ‘nakal’ atau ‘keras kepala’. Sebaliknya, ini merupakan tahapan penting dalam perkembangan kognitif dan emosional si kecil.

Lawyer phase” biasanya muncul pada usia balita hingga anak usia sekolah dasar awal. Pada masa ini, anak mulai menyadari bahwa mereka punya kehendak sendiri dan mereka ingin didengar. Inilah alasan mengapa anak mulai mengatakan “tidak”, bertanya “kenapa harus begitu?”, atau mengajukan alternatif seperti, “bagaimana kalau aku melakukannya nanti saja?”

Sikap membantah ini sebenarnya adalah bentuk eksplorasi logika dan kepercayaan diri. Anak sedang mencoba memahami aturan, struktur, dan batasan dunia di sekitarnya. Mereka sedang belajar berpikir kritis, sekaligus menguji sejauh mana mereka bisa mengontrol situasi.

Jangan Langsung Merasa Gagal Sebagai Orangtua

Mendengar anak terus membantah bisa sangat melelahkan, bahkan memicu amarah. Namun, penting untuk diingat bahwa reaksi kita sebagai orangtua sangat menentukan bagaimana anak belajar menghadapi perbedaan pendapat. Menanggapi dengan marah atau menghukum berlebihan justru bisa membuat anak merasa tidak aman mengekspresikan pikirannya.

Sebaliknya, lihat fase ini sebagai kesempatan untuk melatih komunikasi dan empati. Momen-momen penuh perdebatan kecil ini bisa menjadi waktu belajar bersama: anak belajar menyampaikan keinginan dengan sopan, dan orangtua belajar mendengarkan tanpa langsung menghakimi.

Tips Bijak Menghadapi Anak yang Sering Membantah

Menghadapi anak yang sering membantah memang membutuhkan kesabaran ekstra, tetapi ada beberapa pendekatan bijak yang bisa Sahabat Fimela coba terapkan di rumah. Pertama-tama, penting untuk benar-benar mendengarkan anak. Meski alasan mereka terdengar sepele atau bahkan lucu, luangkan waktu untuk menunjukkan bahwa pendapat mereka tetap dihargai. Hal ini bisa memperkuat rasa percaya diri mereka dan mengurangi dorongan untuk terus membantah. Selain itu, cobalah memberi pilihan terbatas agar anak merasa tetap punya kendali atas pilihannya, misalnya dengan bertanya, “Kamu mau pakai baju merah atau biru hari ini?” daripada memberikan perintah tunggal, pilihan seperti ini justru bisa meredam sikap menolak.

Selanjutnya, biasakan menjelaskan alasan di balik aturan atau permintaan. Anak-anak cenderung lebih kooperatif jika mereka memahami alasan yang masuk akal, seperti pentingnya tidur cukup agar bisa bermain dengan lebih semangat esok harinya. Meskipun memberi ruang diskusi itu penting, Sahabat Fimela juga perlu bersikap tegas dan konsisten terhadap aturan yang sudah dibuat. Sikap ini membantu anak memahami batasan yang jelas dan membuat mereka merasa aman secara emosional.

Terakhir, bantu anak belajar cara menyampaikan keinginan dengan cara yang lebih positif. Misalnya, daripada merengek, ajarkan mereka untuk berbicara dengan sopan saat menginginkan sesuatu. Dengan kesabaran dan konsistensi, fase ini bisa menjadi waktu yang penuh makna dalam proses tumbuh kembang mereka.

Dari Fase Membantah Menuju Kemandirian

Fase anak suka membantah bukanlah akhir dunia, melainkan awal dari proses panjang membentuk pribadi yang berpikir kritis dan percaya diri. Dengan pendekatan yang bijak, Sahabat Fimela justru bisa memanfaatkan masa ini untuk memperkuat hubungan emosional dengan si kecil. Ingatlah, di balik setiap “kenapa aku harus?” ada jiwa kecil yang sedang mencari arah dan Sahabat Fimela, sebagai pendamping setia, bisa menjadi kompas terbaik mereka.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Parenting |