Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu membayangkan saat malam tiba, kamu sudah tertidur di kamarmu dan anak-anak juga sudah tertidur lelap di kamarnya, tetapi tiba-tiba di tengah malam yang sunyi kamu dikejutkan oleh suara tangisan anak yang terbangun mencari-cari keberadaanmu, ketika dihampiri anak terlihat tampak kebingungan dengan apa yang terjadi padanya atau bahkan masih tetap menangis lebih kencang lagi. Kejadian ini mungkin bukan sekadar mimpi buruk biasa yang dialami mereka pada malam itu. Banyak orang tua kemudian merasa khawatir ketika mendapati anak mereka sering terbangun di tengah malam tanpa alasan yang jelas. Apakah ini tanda dari gangguan tidur atau night terror? Atau justru bagian dari tumbuh kembangnya yang umum terjadi pada anak-anak?
Terbangun di malam hari bisa menjadi indikasi adanya gangguan tidur, seperti night terror, di mana anak mengalami ketakutan intens di tengah tidurnya. Night terror berbeda dari mimpi buruk biasa, karena anak sering kali tidak ingat apa yang terjadi setelahnya. Gangguan tidur lainnya, seperti sleepwalking (tidur sambil berjalan) atau insomnia, juga bisa menyebabkan anak terbangun di malam hari. Maka dari itu, penting untuk kita mengenali penyebab dan memahami solusi untuk masalah tidur ini agar anak dapat tidur lebih nyenyak dan sehat, serta orang tua juga bisa merasa lebih tenang.
Dengan demikian, artikel ini akan mengupas tuntas beberapa penyebab anak mengalami night terror dan solusi terbaik untuk anak-anak dapat tertidur nyenyak tanpa terbangun dan menangis di tengah malam. Semoga informasi ini dapat memberikan pemahaman dalam menangani masalah tidur pada anak dan menciptakan suasana tidur yang lebih nayman dan tenang. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.
Apa itu Gangguan Tidur?
Menurut penuturan Dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A, Subsp. TKSP(K), dalam seminar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang diselenggarakan pada 18 Februari 2025, gangguan tidur adalah kondisi yang ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas, atau durasi tidur. Jadi, tidak hanya mengganggu durasi saja tetapi juga menyerang kualitas tidurnya secara keseluruhan. 25-40 % anak dan remaja ternyata mengalami masalah gangguan tidur dan prevalensi gangguan tidur ini lebih tinggi menyerang anak dengan perkembangan berikut ini.
1. 40-80% pada anak dengan Autism Spectrum Disorder (ASD)
2. 34-86% pada anak dengan disabilitas intelektual
3. 46% pada anak dengan keterlambatan perkembangan
4. 25-40% pada anak dengan ADHD
Gangguan tidur pada anak dapat muncul dalam beragam gejala yang berdampak signifikan pada fungsi anak sehari-hari. Kita mengetahui bahwa tidur memberikan dampak langsung pada perkembangan fisik dan mental. Tidur yang tidak adekuat dapat memengaruhi kesehatan, perkembangan kognitif, regulasi mood, atensi, dan masalah perilaku. 20-30% bayi, toddler, dan anak usia pra sekolah biasanya mengalami masalah dalam memulai tidur dan sering terbangun di malam hari. Selain itu, masalah tidur pada anak seringkali tidak hanya memengaruhi kehidupan seorang anak tapi juga keluarganya.
Gangguan Tidur Pada Anak
Kondisi yang ditandai dengan jumlah, kualitas atau waktu tidur yang tidak adekuat atau memadai bagi seorang anak. Gangguan ini dapat menyebabkan dampak atau konsekuensi negatif baik pada anak maupun orang tua dalam beberapa periode waktu tertentu.
Penyebabnya:
1. Faktor intrinsik
Perubahan alami irama sirkadian yang terjadi selama masa-masa pubertas, delayed sleep phase syndrome, serta gangguan pernapasan saat tidur seperti sleep disordered brathing (Obstructive sleep apnea/OSA).
2. Faktor ekstrinsik
Pola tidur yang tidak sehat juga bisa menjadi penyebabnya, seperti kebiasaan mengonsumsi kafein sebelum tidur, serta penggunaan perangkat elektronik di waktu tidur TV, Ipad, Handphone, computer, dan laptop.
Klasifikasi Gangguan Tidur
Pada klasifikasi gangguan tidur ini, kita dapat membaginya berdasarkan kategori etiologi atau penyebabnya dan juga menurut sistem international yaitu, The International Classification of Sleep Disorder-2 yang kemudian akan dijelaskan kembali secara rinci di bawah ini.
1. Klasifikasi berdasarkan etiologi
- Gangguan tidur berbasis fisiologis: panea tidur obstruktif dan gangguan gerakan anggota badan berkala.
- Gangguan tidur berbasis perilaku: menunda waktu tidur, sulit tidur, berjalan malam, kantuk di siang hari.
2. Klasifikasi Internasional Gangguan Tidur-2
- Insomnia, kesulitan tidur atau mempertahankan tidur yang kemudian menyebabkan kurangnya kualitas tidur.
- Gangguan pernapasan pada saat tidur, seperti sleep apnea.
- Hypersomnia of central origin, mengantuk berlebihan di siang hari tanpa penyebab yang jelas.
- Circadian rhythm sleep disorders, gangguan tidur akibat dari ketidaksesuaian antara ritme sirkandian dan jadwal tidur.
- Parasomnia, perilaku tidak normal saat tidur, seperti mimpi buruk dan night terror.
- Gangguan tidur yang melibatkan gerakan tubuh.
Terkait klasifikasi gangguan tidur di atas, pada kesempatan ini, kita akan berfokus pada pembahasan mengenai parasomnia atau perilaku tidak normal saat tidur, seperti mimpi buruk, berjalan saat tidur, atau night terror yang akan segera dijelaskan di bawah ini.
Night Terrors (Sleep Terrors)
Adalah gangguan tidur yang umum terjadi pada anak yang ditandai dengan kondisi anak ketakutan selama tidur disertai teriak, menendang, panik, dan gerakan tangan menggapai-gapai. Episode ini akan berlangsung selama 10-40 menit, dan terjadi setelah melewati tidur NREM fase 3-4 (1/3 awal tidur). Night terrors ini sering terjadi pada anak usia 3 - 7 tahun dan seiring bertambahnya umur akan berkurang pada usia 10 tahun. Kejadian seperti ini dialami oleh anak perempuan maupun laki-laki. Prevalensi sekitar 30% pada seorang anak. Walaupun tampak menakutkan, sebenarnya prognosisna baik, karena kondisi ini biasanya akan menghilang sendiri di usia 10 tahun.
Apa Penyebab Terjadinya Night Terros ( Sleep Terros)
1. Tidak diketahui pasti, secara literature sebenernya belum diketahui pasti apa penyebab sebenarnya night terrors ini.
2. Tetapi para ahli menyatakan bahwa night terrors ini terjadi karena incomplete arousal dari fase slow wave sleep, di mana anak ingin terbangun tetapi kesadarannya belum sepenuhnya komplit.
3. Ada juga yang mengatakan bahwa night terror ini mempunyai hubungan yang kuat dengan:
- Demam dan sakit
- Aktifitas fisik yang berlebih di siang hari
- Konsumsi kafein berlebih
- Kurang tidur dan kelelahan
- Stres emosional (ansietas, cemas perpisahan)
4. Tidak ada kelainan biokimia atau struktur di otak
5. Berhubungan kuat dengan sleep walking
6. Faktor genetik
Hal ini juga kemudian di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh, Laganiere et al (2022): hubungan antara frekuensi sleep terror dengan ansietas, depresi, emotionally reactive pada usia 4-5 tahun.
Kriteria DSM 5 untuk Night Terrors (Sleep Terrors)
- Episode berulang, yang menyebabkan anak tiba-tiba terbangun, tidak responsif saat serangan terjadi.
- Saat terbangun, anak tidak ingat dengan kejadian yang dialami atau disebut juga dengan complete amnesia of the terror.
- Walaupun anak tidak mengingat apa yang sebenarnya terjadi sebelum tiba-tiba terbangun di tengah malam, tetapi ini bisa menyebabkan tekanan yang signifikan dalam kehidupan interpersonal, akademik, pekerjaan, dan interaksi sosial
- Pada saat serangan night terror ini berlangsung, anak akan teriak atau tampak distress saat serangan bahkan bisa juga disertai gejala autonomik: takikardia, disphoresis dan gejala-gejala ini tidak dapat dijelaskan dengan hal lain.
Namun, kita juga harus bisa membedakan, apakah anak mengalami serangan night terror, sleep terror, atau parasomnia lainnya. Ada beberap faktor yang membedakannya, selain dari usia, hal ini juga bisa dibedakan dengan serangan kejadiannya.
Sleep Terror, terjadi pada fase NREM, sedangkan mimpi buruk terjadi pada fase REM sehingga anak-anak yang mengalami mimpi bisa mengingat kejadian apa saja yang mereka alami dan apa yang menjadi mimpi buruknya. Berbeda dengan anak-anak yang mengalami sleep terror, karena mereka mengalaminya di fase NREM, maka tidak akan mengingat apa yang dialaminya.
Apa yang Dapat Dilakukan untuk Anak?
- Tidak ada terapi khusus selain menenangkan anak.
- Orangtua memastikan keamanan anak selama kejadian night terror.
- Apabila ada stress berlebih atau konflik yang dialami anak, kombinasi terapi dan coping techniques dapat diajarkan untuk mengurangi frekuensi kejadian.
- Farmakoterapi (obat-obatan), tetapi cara ini tidak dianjurkan pada anak.
- Penelitian terbaru menyatakan: penerapan scheduled awakenings untuk memperbaiki kualitas hidup.
Scheduled Awakenings
Scheduled awakenings adalah pembuatan jadwal baru untuk menjaga pola tidur yang tetap sehat dan tepat untuk anak.
- Bangunkan anak secara rutin setiap hari di waktu yang biasanya dia terbangun, kalau anak biasa terbangun jam 2 pagi, maka bangunkanlah dia pada jam tersebut setiap harinya.
- Bangunkan anak 15-30 menit lebih awal sebelum serangan night terror terjadi.
- Tenangkan anak hingga tertidur kembali.
Metode ini akan membuat anak terbangun spontan, kembali tidur sendiri, dan dapat memperbaiki konsolidasi tidur.
Tindakan Pencegahan
1. Sleep hygiene
Salah satu tindakan pencegahan yang penting adalah sleep hygiene yang baik, yaitu kebiasaan atau rutinitas yang mendukung kualitas tidur. Dengan perilaku yang baik akan membantu anak membentuk rutinitas tidur yang konsisten, sehingga mereka dapat memasuki jam tidur dengan lancer.
2. Kondisi kamar tidur
Nyaman ,tidak bising, tidak ada alat elektronik di kamar tidur dan pencahayaan redup, sehingga dapat membantu pelepasan hormon melatonin yang penting untuk mempersiapkan tidur.
3. Tidak konsumsi makanan atau minuman mengandung kafein, setidaknya 3 jam sebelum anak akan tidur.
4. Tidak melakukan aktifitas fisik berlebih menjelang tidur.
Pentingnya memahami penyabab dan solusi gangguan tidur dapat membantu anak tidur lebih nyenyak. Dengan memulai beberapa rutinitas yang baik dan menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, anak bisa beristirahat dengan lebih tenang. Semoga bermanfaat!
Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.