Mengenal Panda Parenting sebagai Pola Asuh Modern yang Mengajarkan Kemandirian Anak

1 week ago 7

Fimela.com, Jakarta Setiap generasi memiliki cara sendiri dalam mengasuh anak. Di era modern, ketika akses informasi semakin terbuka lebar dan gaya hidup makin cepat berubah, orangtua dituntut untuk lebih adaptif dalam mendidik anak. 

Salah satu pendekatan yang mulai banyak dibicarakan adalah panda parenting, sebuah pola asuh yang menyeimbangkan antara dukungan penuh kasih dengan dorongan agar anak tumbuh mandiri.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Esther Wojcicki, seorang pendidik ternama sekaligus ibu dari dua tokoh besar dunia teknologi, yaitu Susan Wojcicki (mantan CEO YouTube) dan Anne Wojcicki (pendiri 23andMe). Dalam bukunya yang berjudul How to Raise Successful People, Esther menekankan bahwa anak-anak perlu tumbuh dalam suasana penuh kepercayaan, bukan kontrol berlebihan.

Mengapa Disebut Panda Parenting?

Esther Wojcicki memakai istilah panda parenting ini sebagai metafora, bahwa panda adalah simbol kelembutan dan kasih sayang. Bahwa orangtua hadir dengan dukungan emosional. Panda juga memberi ruang mandiri untuk anaknya. 

Jadi, panda parenting menekankan keseimbangan antara perlindungan dan kebebasan tidak seperti tiger parenting (keras & penuh tuntutan) atau helicopter parenting (terlalu mengawasi).

Panda parenting adalah gaya pengasuhan yang berusaha menemukan titik seimbang antara kehangatan emosional dan pemberian ruang bagi anak untuk bereksplorasi. Orang tua tetap hadir memberi bimbingan, tetapi tidak mengatur setiap langkah kecil yang dilakukan anak. Dengan begitu, anak dapat belajar dari pengalaman, mengembangkan rasa percaya diri, sekaligus mampu menghadapi tantangan dengan caranya sendiri.

Konsep TRICK sebagai Fondasi Panda Parenting

Untuk mempermudah orangtua memahami konsep ini, Esther memperkenalkan akronim TRICK yang menjadi panduan utama dalam panda parenting, yaitu:

  1. Trust (Kepercayaan) – Orang tua percaya bahwa anak mampu membuat pilihan dan belajar dari kesalahannya.
  2. Respect (Penghormatan) – Anak dihargai sebagai individu dengan pendapat, perasaan, dan haknya sendiri.
  3. Independence (Kemandirian) – Anak diberi kesempatan untuk mengambil keputusan sesuai usianya agar tidak selalu bergantung pada orangtua.
  4. Collaboration (Kolaborasi) – Hubungan antara orangtua dan anak dibangun berdasarkan kerja sama, bukan perintah sepihak.
  5. Kindness (Kebaikan) – Nilai empati dan kepedulian menjadi landasan agar anak tumbuh sebagai pribadi yang hangat terhadap sesama.

Kelima aspek ini membuat panda parenting terasa lebih fleksibel, modern, dan relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mirip dengan Authoritative Parenting

Jika ditarik ke teori psikologi, panda parenting hampir serupa dengan konsep authoritative parenting yang sudah diteliti sejak tahun 1960-an. Dalam pola ini, orangtua bersikap hangat tetapi tetap memberikan batasan yang jelas. Anak diberi kebebasan untuk mencoba, tetapi tetap ada arahan agar tidak keluar jalur.

Panda parenting juga berakar pada free-range parenting, yaitu pola pengasuhan yang memberikan anak keleluasaan mengambil keputusan sejak kecil. Bedanya, panda parenting lebih menekankan keseimbangan antara kebebasan dengan kasih sayang yang konsisten.

Mengapa Relevan untuk Orangtua Gen Z?

Generasi Z, yang lahir dan tumbuh bersama internet, memiliki karakter unik dibanding generasi sebelumnya. Mereka akrab dengan teknologi sejak kecil, terbiasa mengakses informasi tanpa batas, dan lebih terbuka terhadap cara-cara baru dalam menjalani hidup.

Bagi orangtua dari generasi Z, panda parenting bisa menjadi pilihan pola asuh yang sesuai dengan gaya hidup mereka. Tidak seperti milenial yang sempat harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, Gen Z sudah terbiasa multitasking antara dunia nyata dan digital. Karena itu, dalam mendidik anak, mereka cenderung menggabungkan kehangatan emosional dengan kecakapan digital.

Misalnya, ketika anak bertanya sesuatu, orangtua Gen Z tidak langsung memberikan jawaban final, tetapi bisa mendorong anak untuk mencari informasi sendiri di internet lalu mendiskusikannya bersama. Dengan begitu, anak tidak hanya belajar mandiri, tetapi juga terlatih berpikir kritis di tengah banjir informasi.

Keuntungan Panda Parenting untuk Anak Perempuan

Meskipun cocok diterapkan pada semua anak, panda parenting memiliki keistimewaan tersendiri bagi anak perempuan. Pola asuh ini membantu anak perempuan tumbuh sebagai individu yang percaya diri, mandiri, resilien, sekaligus penuh empati.

Di satu sisi, anak perempuan dibekali dengan kemandirian sehingga mampu mengambil keputusan dan menghadapi tantangan hidup tanpa selalu bergantung pada orang lain. Di sisi lain, nilai kindness dan respect yang ditanamkan membuat mereka tetap memiliki kelembutan hati, peduli terhadap lingkungan sekitar, dan peka terhadap perasaan orang lain.

Perpaduan antara kekuatan dan kelembutan inilah yang membuat anak perempuan yang dibesarkan dengan pola panda parenting cenderung tumbuh menjadi pribadi seimbang: tidak rapuh, tetapi juga tidak keras hati.

Mengapa Panda Parenting Layak Dicoba?

Setiap pola asuh tentu memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing. Namun, panda parenting menjadi relevan di era sekarang karena:

  1. Tidak terlalu ketat, tidak terlalu longgar – Anak tetap mendapat batasan, tetapi juga kebebasan.
  2. Membangun kepercayaan diri anak – Dengan diberi ruang untuk mencoba, anak belajar bahwa ia mampu mengatasi masalahnya sendiri.
  3. Menumbuhkan hubungan sehat antara orangtua dan anak – Hubungan dibangun di atas rasa saling menghargai, bukan rasa takut.
  4. Selaras dengan perkembangan zaman – Pola asuh ini cocok untuk keluarga modern yang hidup di tengah era digital.

Panda parenting bukan sekadar tren baru dalam dunia pengasuhan, melainkan sebuah pendekatan yang menyatukan kasih sayang dan kemandirian. Dengan menerapkan prinsip TRICK—trust, respect, independence, collaboration, kindness—orangtua dapat membekali anak dengan keterampilan hidup yang penting untuk menghadapi masa depan.

Perbedaan Panda Parenting dengan Ilmu Mengasuh Anak Lainnya

Pola pengasuhan pada anak sangat beragam. Ada tiger parenting dan helicopter parentin. Meskipun sama-sama bertujuan mendukung anak, ketiganya memiliki pendekatan yang sangat berbeda.

Jika panda parenting digambarkan sebagai pola asuh yang penuh kasih sayang, tetapi tidak mengekang. Berbeda dengan itu, tiger parenting cenderung keras dan penuh tuntutan. Istilah ini populer setelah Amy Chua memperkenalkannya dalam bukunya Battle Hymn of the Tiger Mother. 

Orangtua dengan gaya ini biasanya menetapkan standar tinggi bagi anak, terutama dalam bidang akademis dan prestasi. Anak didorong, bahkan dipaksa, untuk selalu disiplin dan bekerja keras. Hasilnya, anak bisa tumbuh ambisius dan berprestasi, tetapi risiko yang muncul adalah stres, kehilangan kreativitas, atau merasa kasih sayang orang tua hanya ada ketika mereka berhasil.

Sementara itu, helicopter parenting, yaitu gaya pengasuhan yang sangat protektif. Disebut “helicopter” karena orangtua seperti terus melayang di atas anak, mengawasi setiap langkahnya. Mereka berusaha mencegah anak menghadapi kegagalan atau bahaya, bahkan sering ikut campur dalam masalah kecil. Sekilas, anak memang terlindungi, tetapi jangka panjangnya pola ini bisa membuat anak kurang mandiri, tidak percaya diri, dan sulit menghadapi tantangan tanpa bantuan orang tua.

Dengan kata lain, panda parenting adalah jawaban bagi keluarga modern yang ingin membesarkan anak-anak tidak hanya sukses secara akademis, tetapi juga bahagia, percaya diri, dan penuh empati.

Jadi, bagaimana menurutmu soal panda parenting ini?

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Ayu Puji Lestari
Read Entire Article
Parenting |