Overpraising Anak: Bahaya Pujian Berlebih yang Jarang Disadari Orangtua

14 hours ago 1

Fimela.com, Jakarta Pernahkah kamu menyadari bahwa pujian berlebihan pada anak (overpraising) dapat berdampak negatif? Ini sebuah hal yang jarang disadari oleh para orangtua dan perlu lebih bijak dalam memberikan pujian. Siapa yang merasakan dampaknya? Tentu saja anak-anak kita. Dampaknya bisa jangka panjang!

Memberikan pujian memang penting, tapi bagaimana jika pujian itu berlebihan? Anak jadi kehilangan motivasi intrinsik, terlalu bergantung pada validasi eksternal, dan takut gagal. Ini masalah serius yang perlu diatasi bersama.

Artikel ini akan mengupas tuntas dampak negatif overpraising dan bagaimana cara memberikan pujian yang tepat. Dilansir dari berbagai sumber yuk, kita cari tahu bersama agar anak-anak kita tumbuh dengan rasa percaya diri yang sehat dan seimbang.

Dampak Overpraising: Lebih dari Sekadar Pujian Biasa

Overpraising menciptakan lingkaran setan yang berbahaya. Anak yang selalu dipuji berlebihan akan kehilangan motivasi untuk berjuang. Mereka akan merasa sudah cukup baik tanpa perlu berusaha lebih keras. Ini menghambat pertumbuhan dan perkembangan potensi mereka.

Bayangkan, anak yang selalu dipuji 'pintar' tanpa perlu usaha keras, akan kesulitan ketika menghadapi tantangan. Mereka akan menghindari risiko dan takut gagal karena terbiasa berada di zona nyaman. Ini akan menghambat kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Lebih jauh lagi, overpraising dapat menumbuhkan rasa haus akan pujian. Anak akan selalu mengharapkan pujian untuk hal-hal kecil, bahkan sepele. Ini menciptakan ekspektasi tidak realistis dan rasa tidak puas jika tidak mendapatkan pujian yang diinginkan. Sahabat Fimela, sadarkah kamu akan hal ini?

Anak yang Terlalu Membutuhkan Validasi: Sebuah Tantangan Besar

Anak yang terbiasa dengan overpraising akan sulit mengambil keputusan sendiri. Mereka selalu membutuhkan validasi dari orang lain karena merasa tidak berharga tanpa pujian. Ini menghambat perkembangan kemandirian dan kemampuan mereka menghadapi tantangan.

Mereka akan kesulitan menerima kritik dan umpan balik yang jujur. Kritik dianggap sebagai tanda kegagalan, bukan sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang. Ini membuat mereka sulit untuk memperbaiki diri dan mencapai potensi maksimalnya.

Akibatnya, anak akan mengembangkan perilaku manipulatif demi mendapatkan pujian. Mereka akan melakukan apa saja untuk mendapat respons positif dari orang dewasa, meskipun itu berarti mengorbankan kejujuran dan ketulusan.

Cara Memberikan Pujian yang Tepat: Fokus pada Usaha, Bukan Hasil

Kunci untuk menghindari overpraising adalah dengan memberikan pujian yang spesifik, tulus, dan berfokus pada usaha, bukan hanya hasil. Alih-alih mengatakan 'Kamu pintar sekali!', lebih baik katakan 'Kamu berusaha keras mengerjakan PR matematika ini, aku bangga padamu!'

Berikan pujian yang membangun, bukan pujian yang kosong. Pujian yang kosong hanya membuat anak merasa dirinya istimewa tanpa alasan yang kuat. Pujian yang membangun memotivasi anak untuk terus berusaha dan berkembang.

Ajarkan anak untuk menghargai proses dan belajar dari kesalahan. Kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Dengan memahami hal ini, anak akan lebih tangguh dan mampu menghadapi tantangan di masa depan. Sahabat Fimela, mari kita biasakan!

Memberikan pujian pada anak memang penting, tetapi harus dilakukan dengan bijak dan seimbang. Hindari overpraising agar anak dapat tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tangguh, dan memiliki rasa percaya diri yang sehat. Ingat, fokus pada usaha, bukan hasil. Berikan pujian yang tulus dan spesifik, dan jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan dan bimbingan.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Parenting |