Pengusaha Ini PakaiPanas Bumi untuk Keringkan Biji Kopi, Kok Bisa?

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Pengusaha kopi di Kamojang, Jawa Barat, memanfaatkan uap panas bumi untuk mengeringkan biji kopi. Metode ini dianggap lebih ampuh untuk fermentasi biji kopi alih-alih memanfaatkan sinar matahari yang kemunculannya tergantung kondisi cuaca.

Muhammad Ramdhan Reza Nurfadilah, pengusaha kopi yang dimaksud, menemukan inovasi tersebut pada 2023. Dia bermitra dengan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) yang sudah mengelola energi panas bumi di Kamojang sejak 1983 silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum mencetuskan kopi panas bumi, Deden–begitu Ramdhan Reza biasa dipanggil—sudah mengelola bisnis kopi di kedai sendiri sejak 2015. Kedai milik Deden sering menjadi lokasi berkumpul para anggota Karang Taruna Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lapak yang sama juga kerap disambangi karyawan PGE wilayah Kamojang.

Dari berbagai persamuhan di kedai itu, muncul ide soal pemakaian panas bumi untuk mengeringkan biji kopi. “Waktu itu saya menganggap ide ini sebagai tantangan” kata Deden melalui keterangan tertulis pada Kamis, 15 Mei 2025.

Deden meneliti teknik fermentasi yang paling sesuai dengan karakteristik panas bumi, kemudian menerapkannya pada proses pengolahan kopi. Sedikitnya ada 20 jenis proses pengeringan yang dia coba sebelum menemukan metode pengolahan paling cocok.

Proses percobaan itu disusul pengembangan ekosistem bisnis bernama ‘Geothermal Rumah Kering’, tempat pengeringan biji kopi dengan panas bumi. Energi panas itu disalurkan dari aliran steam trap milik PGE Kamojang, yang dialirkan lewat pipa. Deden juga mengembangkan alat pengatur suhu ruangan, yang disesuaikan dengan proses pengeringan kopi.

Deden mengklaim skema baru ini lebih efisien dari sisi waktu dan biaya operasional. Efisiensinya bahkan diyakini bisa mencapai 300 persen, terutama karena durasi pengeringan menjadi tiga kali lebih cepat.

Teknologi panas bumi ini juga disebut bisa meminimalisir kontaminasi risiko bakteri terhadap biji kopi. Bakteri hanya berasal dari fermentasi sebelum pengeringan. “Aroma kopi menjadi lebih kuat. Teksturnya juga lebih lembut dibanding kopi yang diproses secara konvensional,” tutur Deden.

Read Entire Article
Parenting |