TEMPO.CO, Jakarta - Bus Antar Lintas Sumatera (ALS) mengalami kecelakaan dengan korban tewas mencapai 12 orang di dekat Terminal Bukit Surungan, Padang Panjang, Sumatera Barat. Insiden ini terjadi pada Selasa, 6 Mei 2025, kepolisian setempat menduga kecelakaan bus ALS karena moda transportasi umum itu mengalami rem blong.
Bus ALS ini mengenakan nomor polisi B 7512 FGA yang melayani rute Medan-Bekasi. Kementerian Perhubungan menyatakan bus tersebut tidak memiliki izin operasi yang terpantau dari aplikasi Mitra Darat. Selain korban jiwa, kecelakaan itu juga membuat 23 penumpang lainnya mengalami luka-luka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip laman resmi Bus ALS, operator transportasi umum asal Medan, Sumatera Utara ini sudah berdiri sejak 19 September 1966. Awalnya rute mereka terbatas dan hanya melayani trayek Medan-Kotanopan dan Medan-Bukittinggi. Kemudian pada 1972, ALS mulai membuka trayek ke pelbagai kota di Sumatera, mulai dari Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, hingga Bandar Lampung.
Waktu terus bergulir, tepatnya pada era 1980-an, ALS memperluas rute perjalannya hingga ke Pulau Jawa, seperti ke Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Sejak awal beroperasi hingga kini, seluruh bus ALS serempak menggunakan warna hijau pada livery-nya sebagai penanda perusahaan tersebut.
Branding ALS: Cepat, Tepat Waktu, dan Murah
Masih mengutip laman resmi Bus ALS, jasa transportasi itu mengenalkan diri mereka sebagai bus yang mengutamakan kecepatan dalam pelayanan dan selalu belajar dari pengalaman. “Waktu adalah hal yang penting dalam layanan kami,” begitu bunyi kutipan di laman resmi Bus ALS, dikutip Tempo, Rabu, 7 Mei 2025.
Bus ALS menyebut perusahaan mereka lebih murah karena mengutamakan keterjangkauan masyarakat berbagai kalangan. Mereka berharap layanan murah ini mampu membantu masyarakat untuk mendapatkan bus yang cepat dan tepat waktu, namun murah.
Pemilik Bus ALS
Mengutip arsip Tempo, Bus ALS diinisiasi oleh H Sati Lubis di Kota Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Awalnya usaha angkutan yang dijalankan hanya untuk angkutan barang hasil bumi menggunakan truk.
Kemudian setelah itu munculah ide untuk mendirikan perusahaan angkutan penumpang setelah diskusi bersama antara tujuh orang yang masih terikat saudara. Perusahaan Otobus (PO) bus ini juga menjadi salah satu yang tertua saat ini di Indonesia.
Kini PO Bus ALS telah dikelola oleh generasi kedua dan generasi ketiga. Nomor pintu dari armada bus ALS menjadi kode kepemilikan bus.
Misalnya nomor pintu dengan ujung 1 dimiliki oleh keluarga Sati Lubis, nomor 3 oleh keluarga Rasyad Nasution, nomor 5 oleh keluarga Japarkayo Hasibuan, nomor 7 oleh keluarga Arief Lubis, nomor 8 oleh keluarga Abdul Wahab Lubis dan Hasbullah Lubis, nomor 9 dan 0 dimiliki oleh Nursiwan Lubis dan Rangkuti. Selain itu juga ada pemilik lain yang memiliki nomor pintu acak seperti keluarga Hamzah Nasution dan Nasir Daulay.