Rahasia Ajarkan Anak Mencicipi Makanan Baru Tanpa Drama

2 weeks ago 12

ringkasan

  • Pilih-pilih makanan adalah fase perkembangan normal pada anak, terutama usia 2-4 tahun, dan membutuhkan 10-15 kali percobaan agar anak menerima makanan baru.
  • Melibatkan anak dalam proses makanan seperti berbelanja dan menyiapkan hidangan, serta menciptakan pengalaman makan yang menyenangkan dengan visual menarik dan porsi kecil, dapat mendorong mereka mencoba makanan baru.
  • Membangun lingkungan makan yang positif tanpa paksaan, menjadi teladan, dan memperkenalkan makanan secara bertahap sejak dini adalah kunci untuk membantu anak menjadi pemakan yang lebih berpetualang.

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, apakah si kecil seringkali pilih-pilih makanan? Kebiasaan ini sangat umum terjadi pada anak-anak, terutama di usia 2 hingga 4 tahun, dan seringkali merupakan bagian dari perkembangan normal mereka. Banyak orang tua melaporkan anak-anak mereka sebagai pemilih makanan, sebuah fase di mana anak-anak menegaskan kemandirian mereka dengan mengontrol apa yang mereka makan.

Dilansir dari berbagai sumber, memperkenalkan makanan baru kepada anak memang memerlukan kesabaran ekstra dan pendekatan yang tepat. Bahkan, dibutuhkan 10 hingga 15 kali percobaan atau lebih sebelum seorang anak merasa nyaman untuk menerima dan menyukai makanan baru, seperti brokoli atau kacang polong. Ini menunjukkan bahwa konsistensi adalah kunci utama dalam proses ini.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami psikologi di balik kebiasaan pilih-pilih makanan anak dan menerapkan strategi yang efektif. Dengan menciptakan lingkungan makan yang positif dan melibatkan mereka dalam prosesnya, kita bisa membantu anak-anak menjadi petualang rasa yang lebih berani dan menyukai beragam hidangan sehat.

Memahami Kebiasaan Pilih-Pilih Makanan pada Anak

Pilih-pilih makanan adalah perilaku yang sangat umum dan normal dalam perkembangan anak. Menurut PBS, sekitar 30 hingga 50 persen orang tua mengakui anak-anak mereka memiliki kebiasaan ini. Perilaku ini seringkali bukan karena anak tidak menyukai makanan tertentu, melainkan bagian dari fase perkembangan di mana mereka belajar menegaskan kemandirian.

Fase pilih-pilih makanan ini paling sering terjadi antara usia 2 hingga 4 tahun. Pada usia ini, anak-anak secara alami cenderung waspada terhadap makanan baru, sebuah mekanisme perlindungan diri yang masih terbawa dari masa lalu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk tidak terlalu khawatir dan memahami bahwa ini adalah bagian dari proses belajar anak.

Kesabaran adalah kunci utama dalam menghadapi anak yang pilih-pilih makanan. Sumber seperti First Things First menyatakan bahwa dibutuhkan 10 hingga 15 kali percobaan atau bahkan lebih, sebelum seorang anak benar-benar merasa nyaman dan mau mencoba makanan baru. Jadi, jangan menyerah jika anak menolak pada percobaan pertama atau kedua, teruslah tawarkan dengan cara yang berbeda.

Strategi Jitu Melibatkan Anak dalam Proses Makanan

Melibatkan anak dalam proses makanan bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mendorong mereka mencoba hidangan baru. Mulailah dengan mengajak mereka berbelanja bahan makanan dan biarkan mereka memilih buah atau sayuran baru yang ingin dicoba. Studi menunjukkan bahwa anak-anak lebih cenderung makan makanan yang mereka bantu siapkan.

Setelah berbelanja, ajak anak membantu di dapur dengan tugas-tugas sederhana yang sesuai usia mereka, seperti mencuci sayuran, mengaduk adonan, atau merakit bahan. Aktivitas ini membantu mereka menjadi akrab dengan bahan-bahan yang akan dimakan dan membangun rasa kepemilikan terhadap hidangan tersebut. Bahkan, Sahabat Fimela bisa membiarkan anak memberikan ide untuk menu makan malam.

Interaksi langsung dengan makanan, bahkan sebelum dimasak, dapat mengurangi rasa takut atau keengganan mereka. Ini juga menjadi kesempatan bagus untuk mengajarkan mereka tentang nutrisi dan asal-usul makanan. Dengan demikian, proses makan tidak hanya menjadi rutinitas, tetapi juga pengalaman belajar yang menyenangkan dan interaktif bagi si kecil.

Menciptakan Pengalaman Makan yang Menyenangkan

Menjadikan waktu makan sebagai pengalaman yang menyenangkan adalah strategi penting untuk mendorong anak mencoba makanan baru. Biarkan anak menjelajahi makanan dengan semua indra mereka; biarkan mereka mencium, menyentuh, atau bahkan meremas makanan sebelum mencicipinya. Ini adalah bagian alami dari proses pembelajaran mereka.

Gunakan bahasa deskriptif yang positif saat berbicara tentang makanan, seperti 'makanan ini lembut' atau 'makanan ini renyah', daripada label 'tidak enak' atau 'enak'. Sahabat Fimela juga bisa membuat makanan lebih menarik secara visual, misalnya dengan memotongnya menjadi bentuk-bentuk lucu, menggunakan piring berwarna-warni, atau bahkan mengadakan 'piknik' di ruang tamu. Membuat wajah lucu dengan makanan di piring juga bisa membangkitkan minat mereka.

Strategi lain adalah memperkenalkan makanan baru secara bertahap dan cerdas. Tawarkan porsi kecil, seukuran gigitan, atau hanya sedikit rasa. Pasangkan makanan baru dengan hidangan favorit anak, atau campurkan bahan sehat ke dalam makanan yang sudah dikenal, seperti bayam dalam smoothie. Untuk anak yang sangat pilih-pilih, perkenalkan satu makanan baru pada satu waktu dan jangan menyajikan makanan yang sama (kecuali susu) dua hari berturut-turut untuk membangun kebiasaan variasi.

Pentingnya Kesabaran dan Pengenalan Dini

Menciptakan lingkungan waktu makan yang positif sangat krusial. Makan bersama sebagai keluarga adalah cara yang bagus untuk mendorong anak mencoba makanan baru, karena mereka cenderung meniru kebiasaan makan orang tua. Jadilah teladan yang baik dengan menunjukkan bahwa Anda juga menikmati makanan yang sehat dan bervariasi.

Hindari tekanan, suap, atau paksaan agar anak makan. Penelitian menunjukkan bahwa menekan anak untuk makan seringkali kontraproduktif. Tetaplah tenang dan berikan pujian positif saat anak menunjukkan usaha untuk mencoba makanan baru, bahkan jika itu hanya menjilat. Berikan mereka pilihan sehat dan hormati isyarat kenyang mereka untuk membangun hubungan yang sehat dengan makanan.

Untuk bayi, pengenalan makanan padat sebaiknya dimulai sekitar usia 6 bulan, tidak lebih awal dari 4 bulan, saat mereka menunjukkan tanda-tanda kesiapan seperti bisa duduk dengan dukungan dan mengontrol kepala. Perkenalkan satu makanan baru dengan satu bahan pada satu waktu, dan tunggu 3 hingga 5 hari di antara setiap makanan baru untuk memantau alergi. Paparan dini terhadap berbagai rasa dan tekstur, bahkan sejak kehamilan atau menyusui, dapat membantu anak menjadi pemakan yang lebih berpetualang di kemudian hari.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Adinda Tri Wardhani

    Author

    Adinda Tri Wardhani
  • Adinda Tri Wardhani

    Editor

    Adinda Tri Wardhani
Read Entire Article
Parenting |