Sejarah India Terpecah Jadi Pakistan dan Bangladesh

8 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - India melakukan serangan rudal ke beberapa area di Pakistan dan Kashmir yang berada di bawah kendali Pakistan pada Rabu pagi, 7 Mei 2025. Serangan ini mengakibatkan ledakan yang terdengar di beberapa lokasi, seperti Kota Bahawalpur, Muridke, Bagh, Muzaffarabad, dan Kotli di wilayah yang sedang dipersengketakan.

Konflik yang terjadi antara India dan Pakistan bukanlah hal yang baru, peperangan tersebut telah terjadi sejak lama. Krisis tersebut bermula dari pembentukan mereka sebagai negara yang berdaulat.

Sejarah India Terpecah Jadi Pakistan dan Bangladesh

Dikutip dari Al Jazeera, Senin, 12 Mei 2025, anak benua India berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris dari 1858 hingga 1947. Ketika masa penjajahan itu berakhir, wilayah tersebut dibagi menjadi dua negara merdeka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pakistan, dengan mayoritas penduduk Muslim, merdeka pada 14 Agustus 1947 dan terbentuk sebagai dua wilayah terpisah secara geografis dan budaya, Pakistan Barat dan Pakistan Timur. Sementara itu, India, yang mayoritas penduduknya beragama Hindu namun menganut prinsip sekularisme, merdeka sehari setelahnya, pada 15 Agustus 1947.

Proses pemisahan ini berlangsung dengan penuh kekacauan, memicu salah satu arus migrasi terbesar dan paling berdarah dalam sejarah. Sekitar 15 juta orang terpaksa mengungsi, dan kekerasan komunal yang melibatkan umat Muslim, Hindu, dan Sikh melanda berbagai wilayah. Diperkirakan antara 200 ribu hingga 2 juta orang kehilangan nyawa. Setelah itu, berbagai konflik perbatasan dan gerakan separatis mulai bermunculan.

Salah satu sumber utama konflik antara India dan Pakistan adalah status wilayah Kashmir, yang penduduknya mayoritas Muslim. Awalnya, penguasa Kashmir ingin wilayahnya tetap merdeka, namun statusnya hingga kini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan.

Pada Oktober 1947, perang pertama di Kashmir meletus ketika kelompok bersenjata dari Pakistan menyerang kawasan tersebut. Dalam situasi genting itu, penguasa Kashmir meminta dukungan militer dari India untuk menghalau para penyerbu. Sebagai syarat atas bantuannya, India mengharuskan Kashmir untuk secara resmi bergabung dengan negara India.

Pertempuran berlangsung hingga tahun 1948 dan berujung pada pembagian wilayah Kashmir. Pakistan mengambil alih wilayah barat, sedangkan India menguasai sebagian besar area lainnya. Sementara itu, Tiongkok mengontrol dua wilayah sempit di bagian utara Kashmir. India mengklaim keseluruhan wilayah Kashmir sebagai miliknya, sementara Pakistan menuntut wilayah yang berada di bawah kendali India, namun tidak menuntut bagian yang dikuasai oleh sekutunya, Tiongkok.

Pada tahun 1965, India dan Pakistan kembali terlibat dalam perang kedua di wilayah Kashmir setelah sekitar 26.000 hingga 33.000 tentara Pakistan, yang menyamar sebagai warga sipil Kashmir, menyusup ke wilayah Kashmir yang dikuasai India. Konflik ini memanas hingga pasukan India menyeberangi perbatasan internasional menuju kota Lahore di Pakistan. Perang tersebut berakhir tanpa kemenangan yang jelas, dengan tercapainya kesepakatan gencatan senjata.

Setahun kemudian, pada 1966, Perdana Menteri India Lal Bahadur Shastri dan Presiden Pakistan Mohammad Ayub Khan menandatangani Perjanjian Tashkent, yang difasilitasi oleh Uni Soviet, untuk memulihkan hubungan diplomatik dan ekonomi kedua negara.

Lalu Pada 1971, terjadi konflik antara Pakistan Timur dan Pakistan Barat setelah Presiden Zulfikar Ali Bhutto menolak memberikan jabatan perdana menteri kepada Sheikh Mujibur Rahman, pemimpin Liga Awami dari Pakistan Timur, meskipun Liga Awami memenangkan mayoritas kursi dalam pemilu Pakistan 1970.

Pada Maret 1971, militer Pakistan melancarkan operasi di Dhaka, Pakistan Timur, dan pada bulan Desember, India terlibat dengan mengirimkan pasukan. Akhirnya, pasukan Pakistan menyerah, dan Pakistan Timur menjadi negara merdeka yang dikenal sebagai Bangladesh. Tajuddin Ahman kemudian menjadi Perdana Menteri Bangladesh pertama periode 16 Desember 1971 – 12 Januari 1972.

Rizki Dewi Ayu ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Parenting |