Viral Fantasi Sedarah: Bahaya Hubungan Inses

6 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Warganet Indonesia dibuat geram oleh sebuah grup Facebook bernama 'Fantasi Sedarah' dengan ribuan anggota. Grup tersebut menuai kecaman lantaran berisi konten hubungan sedarah atau inses.

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Subklaster Anak Korban Pornografi dan Cyber, Kawiyan, menyatakan terungkapnya grup tersebut menjadi bukti bahwa kasus kekerasan seksual anak masih marak terjadi dan sebagian besar belum terungkap, layaknya fenomena gunung es.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Bahkan kebanyakan kasus kekerasan seksual dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk oleh orang tua sendiri," kata dia ketika dihubungi Tempo pada Ahad, 18 Mei 2025.

Menurut Kawiyan media sosial sering dimanfaatkan sebagai wadah untuk menyebarkan konten-konten negatif, termasuk pornografi. Padahal, hal tersebut seharusnya dapat dicegah karena sudah diatur dalam regulasi, yakni Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). "Tetapi masih banyak terjadi pelanggaran terhadap UU tersebut. Masih banyak pihak yang mengunggah konten yang melanggar kesusilaan," ujar dia.

Adapun kegiatan yang ada di grup Facebook inses itu, kata Kawiyan, melanggar Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

Apa itu Inses?

Dilansir Cornell Law School, inses merupakan hubungan seksual dengan kerabat yang masih memiliki hubungan darah dekat dalam derajat kekeluargaan yang dilarang. Dengan kata lain, inses adalah kontak seksual antara kerabat sedarah dekat, termasuk antara saudara kandung, orang tua dan anak, kakek/nenek dan cucu, atau paman/bibi dengan keponakan. 

Lebih lanjut, dinukil dari CPTSD Foundation, inses yang bersifat pelecehan antar saudara lebih mungkin terjadi dalam keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya absen atau secara emosional tidak hadir. Adapun ketidakhadiran ayah di rumah ditemukan menjadi faktor penting dalam banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak perempuan oleh saudara laki-lakinya.

Konsekuensi Genetik dari Inses

Hubungan seksual antara dua anggota keluarga dekat yang menghasilkan kehamilan memiliki konsekuensi besar bagi bayi yang dilahirkan. Dalam hal ini, inses sangat merugikan dalam berbagai aspek, termasuk secara genetik. Saat dua orang yang memiliki hubungan darah berhubungan seks hingga menyebabkan kehamilan, risiko gangguan genetik resesif meningkat.

Hal ini bisa terjadi karena cara pewarisan gen dari orang tua ke anak. Anak menerima satu salinan gen dari masing-masing orang tua. Umumnya, gen yang berperan dalam pembentukan sistem kekebalan tubuh diwariskan dari kedua orang tua, dengan materi genetik berbahaya tertutupi oleh gen dominan. Hasilnya adalah individu yang tampak sehat namun membawa kesalahan genetik resesif.

Saat individu yang memiliki hubungan darah memiliki anak, variasi genetik menurun, dan gen resesif yang sama dapat bersatu dan menjadi dominan pada anak mereka, yang dapat menyebabkan berbagai jenis cacat lahir.

Dikutip CPTSD Foundation, berikut ini beberapa cacat lahir yang berpotensi disebabkan oleh inses.

  • IQ Rendah: Perkawinan sedarah dapat menyebabkan gangguan perkembangan hingga memengaruhi kemampuan intelektual anak secara negatif.
  • Fibrosis Kistik: Kondisi ini memengaruhi sel-sel penghasil lendir, keringat, dan cairan pencernaan yang menyebabkan cairan tersebut menjadi kental dan lengket sehingga menyumbat saluran pernapasan atau pencernaan.
  • Kelahiran Prematur: Anak dari pasangan inses berisiko lahir prematur, memiliki berat dan ukuran tubuh di bawah normal serta lebih rentan terhadap kelainan fisik.
  • Bibir Sumbing: Kelainan ini menyebabkan anak kesulitan berbicara dan makan.
  • Kelainan Jantung: Anak yang lahir dengan jantung cacat atau tidak berfungsi normal adalah salah satu konsekuensi dari inses. Jika bertahan hidup, mereka akan menghadapi berbagai masalah jantung sepanjang hidup.
  • Kematian Neonatal: Gen resesif yang diwariskan oleh anak dari pasangan sedarah kadang menyebabkan kematian janin atau kematian bayi setelah lahir.

Perlu diingat bahwa tidak semua perubahan genetik akibat inses bersifat mematikan, tetapi banyak yang menyebabkan masalah seumur hidup yang seharusnya bisa dihindari.

M. Rizki Yusrial dan Recha Tiara Dermawan berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article
Parenting |