TEMPO.CO, Jakarta - Hujan turun relatif merata di wilayah Jabodetabek pada Jumat siang-sore ini, 23 Mei 2025. Data dari BMKG menunjukkan tak hanya di Jabodetabek, tapi banyak wilayah di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah diguyur hujan pada saat yang sama.
Peneliti di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, mengatakan, hujan intensitas tinggi yang masih terus terjadi setiap harinya di sejumlah wilayah di Pulau Jawa disebabkan anomali angin yang berupa sirkulasi siklonik skala meso (meso-vortex) yang terbentuk di Laut Jawa dan Samudera Hindia sisi barat daya Banten. Data BMKG menyebutnya sisi barat daya Bengkulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terhadap meso-vortex yang di Laut Jawa, Erma menyebutnya sebagai fenomena langka. "Apa lagi ini terjadi selama musim kemarau,” ujarnya saat dihubungi, Jumat, 23 Mei 2025.
Erma menjelaskan, angin musim kemarau normalnya berembus dari arah timur atau angin timuran dan bersifat homogen atau seragam. Dengan angin tersebut, dia melanjutkan, sulit terbentuk pusaran angin atau badai meso-vortex. Namun, bisa memicu terjadinya puting beliung, bahkan puting beliung ekstrem yang menyerupai skala 0 tornado dengan kecepatan angin 50-70 kilometer per jam.
“Oleh karena itu, fenomena meso-vortex yang terjadi selama dasarian ketiga Mei saat ini perlu diteliti lebih lanjut,” tuturnya.
Selain badai meso-vorsex, fenomena tersebut mengubah arah angin dari timuran menjadi baratan, dan yang seharusnya dari selatan menjadi angin dari utara saat ini. Dampaknya yang lebih jauh adalah mengubah karakteristik hujan yang mengguyur Pulau Jawa saat ini menjadi bersifat meluas dengan karakteristik propagasi (merambat) dari laut ke darat yang kuat--sebagaimana karakteristik di musim hujan.
“Ini yang menyebabkan musim kemarau jadi tertunda, sehingga Jawa baru mengawali musim kemarau pada Juni nanti,” kata perempuan pemilik gelar Profesor Riset bidang Klimatologi ini.
Data analisis klimatologi terkini (dasarian kedua Mei) yang dibuat BMKG juga menyatakan hanya 11 persen zona musim di wilayah Indonesia yang sudah masuk musim kemarau. Sedangkan 73 persen zona musim masih berada pada musim hujan. Ini menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia masih dalam periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Padahal, sebelumnya, BMKG memperkirakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau terjadi secara bertahap sejak Maret lalu. Kemudian puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juni hingga Agustus.