Nissan Segera PHK Massal 20.000 Karyawan di Seluruh Dunia, Penyebabnya?

3 hours ago 2

TEMPO.CO, Jakarta - Produsen mobil asal Jepang Nissan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK massal terhadap sekitar 15 persen dari total tenaga kerjanya di seluruh dunia atau sekitar 20.000 karyawan akibat kinerja keuangan yang buruk, menurut laporan NHK pada Senin, 12 Mei 2025.

Sebelumnya, dilansir dari Japan News, produsen mobil asal Jepang ini mengumumkan penutupan tujuh pabrik di dalam dan luar Jepang. Namun, para ahli menilai bahwa upaya ini terbilang terlambat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kendati telah melakukan berbagai upaya pemulihan, masa depan perusahaan masih tampak suram sebab selain menghadapi tekanan dari para produsen mobil baru di Amerika Serikat dan Tiongkok, kebijakan tarif dari AS turut memberikan dampak negatif terhadap kinerja keuangan mereka.

Melalui konferensi pers, Presiden Nissan Ivan Espinosa, yang baru menjabat sejak 1 April  menekankan bahwa keputusan ini sangat sulit, namun sudah melalui pertimbangan yang rasional. 

Penutupan pabrik ini, kata dia, merupakan keputusan yang menyakitkan. Sebab, jika penutupan pabrik di Jepang jadi dilakukan, ini akan menjadi yang pertama sejak penutupan pabrik Murayama di Tokyo dalam restrukturisasi pada 1999.

Adapun, volume penjualan domestik Nissan di tahun fiskal sebelumnya turun 4,8 persen menjadi 460.000 unit, dan diperkirakan akan turun sedikit lagi di tahun fiskal 2025.

Sementara itu, kapasitas produksi dalam negeri Nissan melebihi 1 juta unit. Menurut data perusahaan riset MarkLines Co., tingkat operasional lima pabrik perakitan mobil Nissan di Jepang baru-baru ini berkisar antara kurang dari 20 persen hingga sedikit di atas 60 persen.

Melemahnya Yen sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menjadikan pabrik dalam negeri sebagai basis ekspor. Namun, tarif tambahan dari AS semakin memperparah kondisi Nissan, sehingga mempertahankan kapasitas produksi menjadi tantangan berat.

Lebih lanjut, dilansir Antara, Senin, 12 Mei 2025, Nissan mencatat kerugian bersih sebesar 750 miliar yen (lebih dari Rp 84 triliun) pada fiskal 2024, yang berlangsung dari 1 April 2024–31 Maret 2025. Padahal, pada awal Maret lalu, kerugian tersebut diperkirakan hanya sekitar 80 miliar yen (sekitar Rp8,97 triliun), menurut NHK.

Terlebih, di saat Nissan sibuk merancang rencana pemulihan, pesaing baru terus menyerang pasar. Perusahaan Cina BYD Co. bahkan mengumumkan akan masuk ke pasar mobil kei listrik di Jepang, segmen yang dulu menjadi kekuatan utama Nissan.

Dengan kapasitas investasi yang melemah , Nissan baru-baru ini juga membatalkan rencana membangun pabrik baterai kendaraan Listrik, padahal  kunci dari upaya restrukturisasi ini adalah kemitraan strategis dengan produsen lain. Upaya merger dengan Honda Motor Co. gagal pada Februari, tetapi Espinosa menyatakan bahwa Nissan masih aktif menjajaki kolaborasi dengan Honda di pasar AS. Menurutnya, kerja sama tersebut harus segera diwujudkan.

Di sisi lain, Sanshiro Fukao, peneliti senior di Itochu Research Institute Inc menilai situasi yang dihadapi Nissan saat ini sangat serius. “Yang paling penting adalah Nissan harus segera memulihkan kemampuannya dalam merancang produk-produk baru dengan rasa urgensi yang tinggi,” ujar dia. 

Sebagai informasi, Nissan Motor, yang didirikan pada 1933, membuat dan menjual kendaraan dengan merek Nissan, Infiniti, dan Datsun. Produk dengan merek Datsun dihentikan produksinya secara global pada 2022, setelah dihidupkan lagi pada 2013 untuk menyasar pasar otomotif di India, Indonesia, Rusia, dan Afrika Selatan.

Read Entire Article
Parenting |