Terdengar Sepele, 6 Kalimat Ini Ternyata Bisa Membuat Anak Jadi Insecure

1 week ago 19

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya—baik dalam hal perhatian, kasih sayang, maupun didikan. Namun, dalam perjalanan mengasuh anak, ada kalanya emosi atau kebiasaan lama membuat kita mengucapkan hal-hal yang tanpa disadari bisa berdampak buruk pada perkembangan mental mereka.

Kalimat-kalimat yang terdengar sepele dan sering dilontarkan secara spontan justru bisa menjadi benih munculnya rasa tidak percaya diri atau bahkan perasaan tidak berharga pada anak.

Menurut artikel yang dimuat oleh tinybeans.com, beberapa kalimat yang tampaknya “biasa saja” ternyata dapat mengikis rasa aman dan keyakinan anak terhadap dirinya sendiri. Alih-alih membantu, kata-kata tersebut bisa membuat anak merasa tidak cukup baik, membandingkan dirinya dengan orang lain, atau bahkan merasa tidak layak dicintai. 

Dalam artikel ini, kita akan membahas enam kalimat yang sebaiknya dihindari agar tidak secara tidak sengaja menumbuhkan rasa insecure pada anak—serta alternatif kata-kata yang lebih membangun dan mendukung.

1. “Kenapa kamu nggak bisa melakukan apa-apa dengan benar?”

Meski terkesan seperti luapan frustrasi, namun kalimat ini dapat membuat anak merasa tidak mampu dan meragukan kemampuannya sendiri. Salah satu psikolog bernama Alex Anderson-Kahl menjelaskan bahwa pernyataan negatif seperti ini dapat membuat anak percaya bahwa mereka secara inheren tidak kompeten. Sebagai alternatif, cobalah bertanya dengan empati, seperti, “Kita sepakat kamu akan menyelesaikan tugas ini, tapi belum selesai. Ada kesulitan?” 

2. “Kenapa kamu nggak bisa seperti [kakak/adik/teman]mu?”

Membandingkan anak dengan saudara atau teman sebayanya dapat merusak harga diri mereka dan menimbulkan rasa iri atau benci terhadap orang yang dibandingkan. Psikolog dr. Thai Alonso menyarankan untuk menghindari perbandingan dan fokus pada perasaan serta kebutuhan anak secara individual.

3. “Kamu nggak akan pernah bisa melakukan itu.”

Ucapan ini dapat membatasi keyakinan anak terhadap kemampuannya sendiri dan menghambat mereka untuk mencoba hal-hal baru. Alih-alih meremehkan, dorong semangat mereka dengan mengatakan, “Kamu bisa mencobanya, dan aku akan mendukungmu, jangan khawatir” 

4. “Kamu membuat aku merasa [marah/sedih/dll].”

Menyalahkan anak atas perasaan negatif orangtua dapat membuat mereka merasa bertanggung jawab atas emosi orang lain yang bukan tanggung jawab mereka. dr. Alonso menyarankan untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang sehat, seperti, “Aku merasa khawatir karena aku ingin yang terbaik untukmu. Mari kita bicarakan bagaimana aku bisa mendukungmu.” 

5. “Itu bukan masalah besar.” atau “Nggak usah takut.”

Mengabaikan atau meremehkan perasaan anak dapat membuat mereka merasa tidak didengar dan tidak dihargai. Terapis Jill DiPietro menyarankan untuk mengakui perasaan anak dan memberikan dukungan, misalnya dengan mengatakan, “Aku tahu kamu merasa takut sekarang, dan itu wajar. Aku di sini untuk mendukungmu.”

6. “Aku sudah melakukan segalanya untuk kamu, dan ini balasanmu?”

Meskipun banyak orangtua rela berkorban demi memberikan yang terbaik untuk anaknya, bukan berarti perasaan tersebut boleh dibebankan langsung kepada anak—terlebih saat mereka masih dalam masa tumbuh kembang. Menurut seorang ahli psikologi bersertifikat—Bayu Prihandito, kalimat seperti ini bisa membuat anak merasa berhutang hanya karena menerima kasih sayang.

Ini juga bisa menanamkan rasa bersalah dan pandangan bahwa cinta serta perhatian itu bersifat transaksional. Daripada membuat anak merasa bersalah agar mereka lebih menghargai, lebih baik tanamkan rasa syukur lewat kebiasaan sehari-hari yang positif dan penuh makna.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

  • Amelia Salsabila Aswandi

    Author

    Amelia Salsabila Aswandi
  • Anisha Saktian Putri

    Editor

    Anisha Saktian Putri
Read Entire Article
Parenting |