Pentingnya Peran Keluarga dalam Menjaga Pola Makan Sehat Anak dengan Diabetes Tipe 1

1 week ago 13

Fimela.com, Jakarta Diabetes tipe 1 adalah sebuah tantangan besar, terutama bagi anak-anak yang baru saja menjalani diagnosis ini. Seiring meningkatnya prevalensi diabetes pada anak di Indonesia, yang berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencapai dua kasus per 100 ribu jiwa pada Januari 2023, orang tua memegang kunci utama dalam menjaga pola makan sehat anak.

Di tengah lonjakan jumlah kasus, bukan hanya pengelolaan medis yang penting, tetapi juga lingkungan yang mendukung, yaitu keluarga. Keluarga yang terlibat langsung dalam proses pemulihan anak dengan diabetes tipe 1 dapat memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap keberhasilan pengelolaan penyakit ini.

Pola makan yang tepat menjadi salah satu elemen kunci dalam menjaga stabilitas kadar gula darah anak dengan diabetes tipe 1. Karena itu, keluarga yang teredukasi dengan baik mengenai kondisi ini akan lebih mudah menjalani gaya hidup sehat yang mendukung anak dalam proses penyembuhan. Tapi, tak hanya soal makanan, keluarga juga menjadi sumber semangat dan dukungan yang esensial, membentuk lingkungan yang mendukung keberhasilan pengelolaan diabetes tipe 1 secara keseluruhan.

Mengatur Pola Makan yang Tepat: Langkah Awal yang Tak Bisa Diabaikan

Pola makan sehat anak dengan diabetes tipe 1 bukan hanya tentang memilih makanan yang tidak mengandung gula berlebih, melainkan juga memahami keseimbangan antara karbohidrat, protein, dan lemak yang tepat.

Dr. Nur Rochmah, Sp.A, Subsp. Endo(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, dalam Seminar Media/Media Briefing yang diselenggarakan secara virtual pada hari Selasa, 29 April 2025, membahas topik "Mengelola Diabetes Tipe 1 pada Anak.", menjelaskan, "Untuk pola hidup yang sehat, tetap perlu ditekankan jadi untuk modalitas terapinya, yang pertama ikatan insulin, jadi insulin ini perlu ada kesesuaian dengan asupan makanan yang diberikan kepada pasien. Jadi, untuk tata laksana anak dengan diabetes tipe 1 itu ada perhitungan kalori. Jadi, pada anak nanti secara customized akan diedukasi. Jadi, dihitungkan kalori sehari berapa dan dirupakan untuk makan pagi, makan siang, dan makan malam, dan snack ya. Snack di antara makan besarnya itu berapa. Jadi, anak dengan diabetes 1 tetap makan tiga kali dan dan snack tiga kali. Kita atur misalkan diberi kalori 1.500, akan kita bagi dalam tiga kali makan besar dan tiga kali snack. Nanti kita hitung proporsinya dan dirupakan misalnya 50% karbohidrat, 20%/30% lemak, dan 20%/30% protein. Jadi, anak tetap butuh gizi yang seimbang untuk mendukung tumbuh kembangnya, namun tetap dengan gula darah yang aman."

Orang tua sebagai pengatur utama harus memastikan makanan yang disiapkan memiliki jumlah karbohidrat yang terkendali, sebab karbohidrat langsung berhubungan dengan fluktuasi kadar gula darah. Mengatur asupan makanan dengan komposisi yang tepat dapat menjadi tantangan, tetapi dengan pemahaman yang mendalam, orang tua dapat lebih mudah membuat pilihan yang sesuai.

Penting bagi orang tua untuk memperkenalkan konsep membaca label makanan kepada anak. Bukan hanya orang tua yang harus teredukasi, anak pun perlu dilibatkan dalam proses pemahaman tentang apa yang mereka konsumsi. Misalnya, mengenalkan anak pada makanan dengan indeks glikemik rendah yang tidak cepat meningkatkan kadar gula darah, seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Pengelolaan ini memerlukan disiplin, tetapi dengan keterlibatan penuh orang tua, anak akan lebih terbiasa dan memahami pola makan yang sehat sebagai bagian dari gaya hidup mereka.

Bukan hanya asupan karbohidrat yang perlu dipantau, tetapi juga jenis lemak yang dikonsumsi. Lemak sehat yang ditemukan dalam minyak zaitun atau alpukat, misalnya, harus menjadi pilihan utama.

Menghindari makanan cepat saji dan makanan yang mengandung lemak trans adalah hal yang perlu diperhatikan. Orang tua harus berperan aktif dalam memastikan bahwa bahan makanan yang digunakan sehari-hari sesuai dengan kebutuhan anak yang memiliki diabetes tipe 1, guna mencegah fluktuasi gula darah yang bisa mengganggu aktivitas anak.

Menjaga Konsistensi Jadwal Makan: Stabilitas yang Diperlukan

Selain memilih makanan yang tepat, menjaga konsistensi waktu makan menjadi hal yang tak kalah penting. Jadwal makan yang tidak teratur bisa mengacaukan pengaturan kadar gula darah, yang akhirnya dapat mempengaruhi kesejahteraan anak.

Anak-anak dengan diabetes tipe 1 memerlukan waktu makan yang terstruktur, di mana makan pagi, siang, dan malam dilakukan dalam waktu yang konsisten setiap harinya. Dengan pengaturan yang baik, tubuh anak bisa lebih mudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan insulin.

Konsistensi waktu makan juga memengaruhi seberapa baik tubuh anak bisa merespons insulin yang diberikan. Jika anak makan pada waktu yang tidak teratur atau sering melewatkan waktu makan, hal ini bisa membuat kadar gula darahnya menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, penting bagi keluarga untuk menciptakan rutinitas yang melibatkan seluruh anggota dalam menjaga pola makan yang teratur, sehingga anak merasa lebih nyaman dan terdukung.

Tentu saja, ada kalanya kesibukan atau keadaan tertentu menyebabkan jadwal makan harus diubah. Namun, dengan perencanaan yang matang dan komunikasi yang baik, keluarga dapat menyesuaikan pola makan tanpa mengganggu stabilitas kadar gula darah anak. Upaya ini merupakan bagian dari pendekatan keluarga yang holistik, yang tidak hanya mendukung aspek medis tetapi juga menciptakan lingkungan yang penuh perhatian dan penuh rasa tanggung jawab.

Menciptakan Lingkungan Keluarga yang Mendukung

Di Indonesia, jumlah pasien diabetes melitus tipe 1 menunjukkan fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022 tercatat ada 584 pasien, meningkat sedikit menjadi 594 pasien pada tahun 2023, lalu pada tahun 2024 jumlahnya mengalami penurunan menjadi 527 pasien.

Untuk mendiagnosis diabetes melitus (DM), terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dari acuan WHO pada tahun 2016 dan IDF pada tahun 2017. Salah satunya adalah adanya gejala klasik diabetes atau krisis hiperglikemik, dengan konsentrasi glukosa plasma lebih dari ≥11,1 mmol/l (200 mg/dl) atau glukosa plasma puasa ≥7,0 mmol/l (≥126 mg/dl) juga menjadi patokan, dengan definisi puasa sebagai tidak adanya asupan kalori setidaknya selama 8 jam. Kriteria lainnya adalah glukosa postload dua jam ≥11,1 mmol/l selama tes toleransi glukosa oral (OGTT). Terakhir, kadar Hba1c yang lebih dari 6,5%, sesuai dengan standar NGSP (National Glycohemoglobin Standardization Program) dan DCCT (Diabetes Control and Complications Trial).

Keluarga yang mendukung menjalani pola makan sehat bukan hanya mengatur makanan yang dikonsumsi anak, tetapi juga terlibat dalam menciptakan suasana yang positif. Ketika seluruh anggota keluarga turut serta dalam menjalani gaya hidup sehat, anak merasa tidak sendirian dalam perjuangannya. Cara ini ampuh untuk menjaga motivasi anak tetap tinggi, terutama ketika mereka mulai merasa lelah atau bosan dengan rutinitas yang ketat.

Selain itu, memberi contoh yang baik juga merupakan kunci. Ketika orang tua dan anggota keluarga lainnya makan dengan cara yang sehat, anak akan lebih mudah mengikuti.

Anak-anak sangat peka terhadap perilaku orang di sekitar mereka. Jadi, dengan menjadi teladan yang baik dalam mengonsumsi makanan sehat, keluarga dapat memberikan dampak positif terhadap kebiasaan makan anak yang lebih baik.

Keluarga juga perlu mengedukasi diri mereka tentang bagaimana diabetes tipe 1 memengaruhi tubuh dan apa yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan anak. Menghadiri seminar, berkonsultasi dengan ahli gizi, dan memperdalam pengetahuan bersama akan memperkuat kolaborasi dalam keluarga untuk mendukung anak. Pendekatan-pendekatan tersebut bisa menciptakan rasa kebersamaan yang lebih kuat dalam menghadapi tantangan diabetes tipe 1.

Salah satu tantangan terbesar dalam merawat anak dengan diabetes tipe 1 adalah membantu mereka memahami pentingnya menjaga pola makan yang sehat. Terkadang, anak-anak merasa frustrasi atau ingin makan makanan yang mereka anggap biasa saja, seperti makanan manis atau makanan olahan.

Untuk itu, keluarga harus bijak dalam memberikan pemahaman yang tepat. Hal ini bukan hanya tentang menghindari makanan tertentu, melainkan juga mengajarkan mereka mengapa makanan yang sehat penting untuk kesejahteraan mereka.

Pendidikan mengenai nutrisi tidak hanya melibatkan pengetahuan tentang apa yang baik atau buruk untuk tubuh, tetapi juga tentang bagaimana tubuh bekerja dan mengapa gula darah harus dijaga agar tetap stabil.

Memberikan pengetahuan yang sesuai dengan usia anak akan membantu mereka merasa lebih bertanggung jawab atas pilihan makanan yang mereka buat. Ketika anak mengerti manfaat dari pola makan sehat, mereka lebih mungkin untuk melakukan kebiasaan itu dengan sukarela.

Keluarga yang mendukung proses ini dengan penuh kasih sayang dan kesabaran akan lebih mudah membantu anak menjalani proses ini dengan baik. Seiring berjalannya waktu, anak akan belajar untuk mengenali dan menilai sendiri makanan yang lebih sesuai untuk kondisi tubuh mereka. Langkah ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian mereka dalam menghadapi diabetes tipe 1.

Keluarga memiliki kekuatan luar biasa dalam memberikan dukungan yang positif. Dengan komitmen dan tekad yang sama, seluruh keluarga bisa menjadi mitra yang solid dalam membantu anak mengelola diabetes tipe 1. Pengelolaan diabetes yang baik bukan hanya soal makan yang tepat, tetapi juga menciptakan atmosfer yang mendukung, penuh empati, dan saling menguatkan.

Dengan memahami pentingnya pola makan yang sehat, menjaga konsistensi jadwal makan, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan mengedukasi anak tentang kebutuhan nutrisinya, keluarga akan mampu menghadapi tantangan diabetes tipe 1 dengan lebih baik.

Setiap langkah kecil yang diambil dalam mendukung anak akan membawa dampak yang besar bagi masa depan mereka. Keluarga adalah pilar utama yang akan membantu anak merasa lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih siap menghadapi hidup dengan diabetes tipe 1.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Read Entire Article
Parenting |