Judul: Dongeng Telepon
Penulis: Gianni Rodari
Penerjemah: Amilludin
Penyunting: S. Shinta & Noor H. Dee
Penyelaras aksara: Dhiwangkara
Desainer grafis: @platypo
Cetakan ke-1, Agustus 2024
Penerbit: Noura Kids
***
Dongeng Telepon atau dalam bahasa aslinya Favole al Telefono, adalah kumpulan cerita pendek yang memiliki benang merah pada cara penyampaiannya. Cerita-cerita ini diceritakan oleh seorang ayah kepada anak perempuannya setiap malam lewat telepon.
Sang ayah adalah seorang salesman yang bepergian ke berbagai kota di Italia, dan karena tak ingin anaknya tidur tanpa dongeng, ia selalu menyempatkan diri menelepon dan bercerita sebelum tidur. Karena biaya telepon mahal di masa itu, dongeng-dongengnya pun singkat. Walaupun begitu, justru dari keterbatasan itulah lahir cerita-cerita yang padat, imajinatif, dan sarat makna.
Cerita-cerita di dalam buku ini sangat bervariasi, mulai dari kisah penuh keajaiban, logika yang dibalik, hingga parodi terhadap kebiasaan masyarakat. Tidak ada cerita yang saling berkaitan, tetapi semuanya membawa semangat yang sama sebagai benang merahnya: mengajak pembaca untuk bermimpi, berpikir, dan merasakan.
Rodari menuliskan cerita-cerita ini dengan bahasa yang sederhana tetapi sangat kaya akan pesan. Banyak yang unik dan menggelitik. Sekaligus banyak yang menginspirasi dan menggugah perasaan. Gaya penulisan yang penuh permainan kata membuat setiap kisah terasa spesial, bahkan ketika dibaca berulang kali.
Setiap dongeng dalam Dongeng Telepon mengandung nilai moral yang mendalam, disampaikan dengan cara yang ringan dan menyenangkan. Rodari mengajarkan kita untuk berpikir kritis, bahwa tidak semua kebiasaan atau tindakan yang diterima banyak orang selalu benar.
Salah satu cerita yang paling mengesankan dalam Dongeng Telepon adalah "Negeri Tumpul", sebuah negeri di mana segala sesuatu dilakukan dengan cara yang tidak biasa. Di negeri ini, bahkan pelanggaran hukum disikapi dengan cara yang sebaliknya. Cerita ini bisa ditafsirkan sebagai sindiran terhadap penerapan hukum yang tidak konsisten, di mana aturan yang seharusnya tajam dan jelas justru menjadi tumpul dan tidak efektif. Melalui cerita ini, Gianni Rodari mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana hukum dan aturan dalam masyarakat seringkali bisa kehilangan arah dan makna jika tidak ditegakkan dengan tegas dan adil.
Cerita lain yang menarik adalah "Brif, Bruf, Braf", di mana anak-anak berkomunikasi menggunakan bahasa mereka sendiri yang unik dan penuh kreativitas. Meskipun tidak semua orang bisa memahaminya, anak-anak menikmati cara mereka berkomunikasi dan merasa bahagia. Ceita ini bisa ditafsirkan bahwa kebahagiaan tidak selalu harus dicapai dengan mengikuti standar orang lain. Terkadang, kita bisa menemukan kebahagiaan dengan cara kita sendiri, bahkan jika itu berbeda dari cara orang lain memandangnya. Setiap individu berhak untuk mengekspresikan dirinya dengan cara yang membuatnya merasa bebas dan bahagia.
Cerita berjudul "Permen untuk Belajar" juga memberikan pelajaran yang sangat berharga. Di Planet Bih, tidak ada buku karena ilmu pengetahuan dijual dan dikonsumsi dari dalam botol. Meskipun terdengar seperti cara yang mudah untuk memperoleh ilmu, ternyata proses belajar tetap membutuhkan usaha dan ketekunan. Dari cerita ini kita bisa mengambil perspektif bahwa meskipun dunia bisa menawarkan cara-cara instan untuk mendapatkan pengetahuan, tetap diperlukan waktu dan usaha untuk benar-benar memahami sesuatu dengan baik.
Buku ini juga mendorong kita untuk menghargai kreativitas, mengingatkan bahwa imajinasi dan inovasi harus dijaga dan diterima, bukan ditakuti. Lewat cerita-cerita fantastis ini, kita diajak untuk belajar dari masa lalu, bahwa kesalahan adalah bagian dari perjalanan hidup yang bisa memberi pelajaran berharga, bukan beban yang harus disesali.
Lebih dari itu, Dongeng Telepon mengajak kita untuk menerima perbedaan dan memahami bahwa menjadi unik bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan. Rodari juga mengingatkan pentingnya memiliki kebaikan hati, karena sikap ramah dan tulus lebih berarti daripada tampilan luar.
Setiap kisah membawa pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, menyentuh hati dan membuka mata kita tentang pentingnya menjadi diri sendiri, berani berpikir berbeda, dan menghargai setiap perjalanan hidup yang kita jalani.
Rodari dikenal sebagai penulis yang tidak suka menggurui. Ia lebih memilih membawa pembacanya ke dunia di mana keanehan adalah hal wajar dan logika bisa ditekuk demi nilai kemanusiaan. Cerita-ceritanya mampu menyentuh hati anak-anak yang polos sekaligus menggugah pikiran orang dewasa yang sudah terbiasa hidup dengan aturan dan rutinitas.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh Sahabat Fimela yang ingin menikmati kembali dunia masa kecil yang penuh keajaiban, atau bagi siapa pun yang sedang merasa lelah dengan kenyataan. Ilustrasi-ilustrasi dalam buku ini juga sangat menarik dan penuh warna, sehingga menambah pengalaman yang lebih menyenangkan. Membaca Dongeng Telepon seperti menemukan kembali harapan-harapan kecil yang dulu sempat kita miliki. Imajinasi dalam buku ini menyala terang, dan dalam kejenakaan ceritanya tersembunyi kebijaksanaan hidup yang layak direnungkan.
Buku ini juga bisa menjadi hadiah kecil untuk jiwa yang ingin tetap percaya pada keajaiban. Tidak hanya akan membuatmu tersenyum, tetapi juga mengingatkanmu untuk tidak pernah berhenti bermimpi. Karena seperti kata Rodari, dunia akan selalu lebih indah jika dilihat dengan mata penuh rasa ingin tahu dan hati yang tetap lembut, apa pun usia kita.